Islam adalah agama yang sempurna (komprehensif) yang mengatur seluruh
aspek kehidupan manusia, baik aqidah, ibadah, akhlak maupun muamalah.
Salah satu ajaran yang sangat penting adalah bidang muamalah/
iqtishadiyah (Ekonomi Islam). Kitab-kitab Islam tentang muamalah
(ekonomi Islam) sangat banyak dan berlimpah, Jumlahnya lebih dari
seribuan judul buku. Para ulama tidak pernah mengabaikan kajian
muamalah dalam kitab-kitab fikih mereka dan dalam halaqah
(pengajian-pengajian) keislaman mereka. Seluruh Kitab Fiqh membahas fiqh
ekonomi. Bahkan cukup banyak para ulama yang secara khusus membahas
ekonomi Islam, seperti kitab Al-Amwal oleh Abu Ubaid, Kitab Al-Kharaj
karangan Abu Yusuf, Al-Iktisab fi Rizqi al-Mustathab oleh Hasan
Asy-Syaibani, Al-Hisbah oleh Ibnu Taymiyah, dan banyak lagi yang
tersebar di buku-buku Ibnu Khaldun, Al-Maqrizi, Al-Ghazali, dan
sebagainya.
Namun dalam waktu yang panjang, materi muamalah (ekonomi Islam)
cenderung diabaikan kaum muslimin, padahal ajaran muamalah bagian
penting dari ajaran Islam, akibatnya, terjadilah kajian Islam parsial
(sepotong-sepotong). Padahal orang-orang beriman diperintahkan untuk
memasuki Islam secara kaffah (menyeluruh).
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَآفَّةً وَلاَ تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ
إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينُُ
”Hai
orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara
menyeluruh (kaffah) . Jangan ikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya
setan itu musuh yang nyata bagimu. (QS.Al-Baqarah 208).
Akibat
lainnya, ialah ummat Islam tertinggal dalam ekonomi dan banyak kaum
muslimin yang melanggar prinsip ekonomi Islam dalam mencari nafkah
hidupnya, seperti riba, maysir, gharar, haram, batil, dsb.
Ajaran
muamalah adalah bagian paling penting (dharuriyat) dalam ajaran Islam.
Dalam kitab Al-Mu’amalah fil Islam, Dr. Abdul Sattar Fathullah Sa’id
mengatakan :
ومن ضرورات هذا الاجتماع الانسان وجود معاملات ما بين أفراده و جماعته
ولذالك جاءت الشريعة الالهية لتنظيم هذه المعاملات وتحقيق مقصودها والفصل بينهم
Artinya :
Di
antara unsur dharurat (masalah paling penting) dalam masyarakat manusia
adalah “Muamalah”, yang mengatur hubungan antara individu dan
masyarakat dalam kegaiatan ekonomi. Karena itu syariah ilahiyah datang
untuk mengatur muamalah di antara manusia dalam rangka mewujudkan tujuan
syariah dan menjelaskan hukumnya kepada mereka
Menurut ulama
Abdul Sattar di atas, para ulama sepakat tentang mutlaknya ummat Islam
memahami dan mengetahui hukum muamalah maliyah (ekonomi syariah)
قد أتفق العلماء على أن المعاملات نفسها ضرورة بشرية
Artinya :
Ulama sepakat bahwa muamalat itu sendiri adalah masalah kemanusiaan yang maha penting (dharuriyah basyariyah)
Fardhu ‘Ain
Husein
Shahhathah (Al-Ustaz Universitas Al-Azhar Cairo) dalam buku Al-Iltizam
bi Dhawabith asy-Syar’iyah fil Muamalat Maliyah (2002) mengatakan, “Fiqh
muamalah ekonomi, menduduki posisi yang sangat penting dalam Islam.
Tidak ada manusia yang tidak terlibat dalam aktivitas muamalah, karena
itu hukum mempelajarinya wajib ‘ain (fardhu) bagi setiap muslim.
Husein
Shahhatah, selanjutnya menulis, “Dalam bidang muamalah maliyah ini,
seorang muslim berkewajiban memahami bagaimana ia bermuamalah sebagai
kepatuhan kepada syari’ah Allah. Jika ia tidak memahami muamalah maliyah
ini, maka ia akan terperosok kepada sesuatu yang diharamkan atau
syubhat, tanpa ia sadari. Seorang Muslim yang bertaqwa dan takut kepada
Allah swt, Harus berupaya keras menjadikan muamalahnya sebagai amal
shaleh dan ikhlas untuk Allah semata” Memahami/mengetahui hukum muamalah
maliyah wajib bagi setiap muslim, namun untuk menjadi expert (ahli)
dalam bidang ini hukumnya fardhu kifayah
Oleh karena itu, Khalifah Umar bin Khattab berkeliling pasar dan berkata :
لا يبع في سوقنا الا من قد تفقه في الدين
“Tidak boleh berjual-beli di pasar kita, kecuali orang yang benar-benar
telah mengerti fiqh (muamalah) dalam agama Islam” (H.R.Tarmizi)
Berdasarkan ucapan Umar di atas, maka dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa umat Islam :
Tidak boleh beraktifitas bisnis, kecuali faham tentang fikih muamalah
Tidak boleh berdagang, kecuali faham fikih muamalah
Tidak boleh beraktivitas perbankan, kecuali faham fiqh muamalah
Tidak boleh beraktifitas asuransi, kecuali faham fiqh muamalah
Tidak boleh beraktifitas pasar modal, kecuali faham fiqh muamalah
Tidak boleh beraktifitas koperasi, kecuali faham fiqh muamalah
Tidak boleh beraktifitas pegadaian, kecuali faham fiqh muamalah
Tidak boleh beraktifitas reksadana, kecuali faham fiqh muamalah
Tidak boleh beraktifitas bisnis MLM,kecuali faham fiqh muamalah
Tidak boleh beraktifitas jual-beli, kecuali faham fiqh muamalah
Tidak boleh bergiatan ekonomi apapun, kecuali faham fiqh muamalah
Sehubungan dengan itulah Dr.Abdul Sattar menyimpulkan :
ومن
هنا يتضح أن المعاملات هي من لب مقاصد الدينية لاصلاح الحياة البشرية
ولذالك دعا اليها الرسل من قديم باعتيارها دينا ملزما لاخيار لأحد فيه.
Artinya
: Dari sini jelaslah bahwa “Muamalat” adalah inti terdalam dari tujuan
agama Islam untuk mewujudkan kemaslahatan kehidupan manusia. Karena itu
para Rasul terdahulu mengajak umat (berdakwah) untuk mengamalkan
muamalah, karena memandangnya sebagai ajaran agama yang mesti
dilaksanakan, Tidak ada pilihan bagi seseorang untuk tidak
mengamalkannya.(Hlm.16)
Dalam konteks ini Allah berfirman :
وَإِلىَ
مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا قَالَ يَاقَوْمِ اعْبُدُوا اللهَ مَالَكُم
مِّنْ إِلَهِ غَيْرُهُ وَلاَتَنقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ إِنِّي
أَرَاكُم بِخَيْرٍ وَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ مُّحِيطٍ
{84} وَيَاقَوْمِ أَوْفُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ بِالْقِسْطِ
وَلاَتَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَآءَهُمْ وَلاَتَعْثَوْا فِي اْلأَرْضِ
مُفْسِدِينَ
Artinya :
‘Dan kepada penduduk Madyan, Kami
utus saudara mereka, Syu’aib. Ia berkata, “Hai Kaumku sembahlah Allah,
sekali-kali Tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan Janganlah kamu kurangi
takaran dan timbangan. Sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang
baik. Sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang
membinasakan (kiamat)”.
Dan Syu’aib berkata,”Hai kaumku
sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Janganlah kamu
merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat
kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan. (Hud : 84,85)
Dua
ayat di atas mengisahkan perdebatan kaum Nabi Syu’aib dengan umatnya
yang mengingkari agama yang dibawanya. Nabi Syu’aib mengajarkan I’tiqad
dan iqtishad (aqidah dan ekonomi). Nabi Syu’aib mengingatkan mereka
tentang kekacauan transaksi muamalah (ekonomi) yang mereka lakukan
selama ini.
Al-Quran lebih lanjut mengisahkan ungkapan umatnya yang merasa keberatan diatur transaksi ekonominya.
قَالُوا
يَاشُعَيْبُ أَصَلَوَاتُكَ تَأْمُرُكَ أَن نَّتْرُكَ مَايَعْبُدُ
ءَابَآؤُنَآ أَوْ أَن نَّفْعَلَ فِي أَمْوَالِنَا مَانَشَاؤُا إِنَّكَ
لأَنتَ الْحَلِيمُ الرَّشِيدُ
Artinya :
Mereka berkata, “Hai
Syu’aib, apakah agamamu yang menyuruh kamu agar kamu meninggalkan apa
yang disembah oleh nenek moyangmu atau melarang kami memperbuat apa yang
kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang-orang
yang penyantun lagi cerdas”.
Ayat ini berisi dua peringatan penting, yaitu aqidah dan muamalah
Ayat ini juga menjelaskan bahwa pencarian dan pengelolaan rezeki
(harta) tidak boleh sekehendak hati, melainkan mesti sesuai dengan
kehendak dan tuntunan Allah, yang disebut dengan syari’ah.
Aturan
Allah tentang ekonomi disebut dengan ekonomi syariah. Umat manusia
tidak boleh sekehendak hati mengelola hartanya, tanpa aturan syari’ah.
Syariah misalnya secara tegas mengharamkan bunga bank. Semua ulama dunia
yang ahli ekonomi Islam (para professor dan Doktor) telah ijma’
mengharamkan bunga bank. (Baca tulisan Prof.Yusuf Qardhawi, Prof Umar
Chapra, Prof.Ali Ash-Sjabuni, Prof Muhammad Akram Khan). Tidak ada
perbedaan pendapat pakar ekonomi Islam tentang bunga bank. Untuk itulah
lahir bank-bank Islam dan lembaga-lembaga keuangan Islam lainnya. Jika
banyak umat Islam yang belum faham tentang bank syariah atau secara
dangkal memandang bank Islam sama dengan bank konvensianal, maka perlu
edukasi pembelajaran atau pengajian muamalah, agar tak muncul salah
faham tentang syariah.
Muamalah adalah Sunnah Para Nabi
Berdasarkan ayat-ayat di atas, Syekh Abdul Sattar menyimpulkan bahwa
hukum muamalah adalah sunnah para Nabi sepanjang sejarah.
وهذه سنة مطردة في الانبياء عليهم السلام كما قال تعالى
Artinya : Muamalah ini adalah sunnah yang terus-menerus dilaksanakan para Nabi AS, (hlm.16), sebagaimana firman Allah
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ
Artinya :
Sesungguhnya
kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti yang nyata
dan telah kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca keadilan
supaya manusia dapat menegakkan keadilan itu.
Pengertian Muamalah
Pengertian
muamalah pada mulanya memiliki cakupan yang luas, sebagaimana
dirumuskan oleh Muhammad Yusuf Musa, yaitu Peraturan-peraturan Allah
yang harus diikuti dan dita’ati dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga
kepentingan manusia”. Namun belakangan ini pengertian muamalah lebih
banyak dipahami sebagai“Aturan-aturan Allah yang mengatur hubungan
manusia dengan manusia dalam memperoleh dan mengembangkan harta
benda”atau lebih tepatnya “aturan Islam tentang kegiatan ekonomi
manusia”
Ruang Lingkup Muamalah
1. Harta, Hak Milik, Fungsi Uang dan ’Ukud )akad-akad)
2. Buyu’ (tentang jual beli)
3. Ar-Rahn (tentang pegadaian)
4. Hiwalah (pengalihan hutang)
5. Ash-Shulhu (perdamaian bisnis)
6. Adh-Dhaman (jaminan, asuransi)
7. Syirkah (tentang perkongsian)
8. Wakalah (tentang perwakilan)
9. Wadi’ah (tentang penitipan)
10. ‘Ariyah (tentang peminjaman)
11. Ghasab (perampasan harta orang lain dengan tidak shah)
12. Syuf’ah (hak diutamakan dalam syirkah atau sepadan tanah)
13. Mudharabah (syirkah modal dan tenaga)
14. Musaqat (syirkah dalam pengairan kebun)
15. Muzara’ah (kerjasama pertanian)
16. Kafalah (penjaminan)
17. Taflis (jatuh bangkrut)
18. Al-Hajru (batasan bertindak)
19. Ji’alah (sayembara, pemberian fee)
20. Qaradh (pejaman)
21. Ba’i Murabahah
22. Bai’ Salam
23. Bai Istishna’
24. Ba’i Muajjal dan Ba’i Taqsith
25. Ba’i Sharf dan transaksi valas
26. ’Urbun (panjar/DP)
27. Ijarah (sewa-menyewa)
28. Riba, konsep uang dan kebijakan moneter
29. Shukuk (surat utang atau obligasi)
30. Faraidh (warisan)
31. Luqthah (barang tercecer)
32. Waqaf
33. Hibah
34. Washiat
35. Iqrar (pengakuan)
36. Qismul fa’i wal ghanimah (pembagian fa’i dan ghanimah)
37. ََََََُQism ash-Shadaqat (tentang pembagian zakat)
38. Ibrak (pembebasan hutang)
39. Muqasah (Discount)
40. Kharaj, Jizyah, Dharibah,Ushur
41. Baitul Mal dan Jihbiz
42. Kebijakan fiskal Islam
43. Prinsip dan perilaku konsumen
44. Prinsip dan perilaku produsen
45. Keadilan Distribusi
46. Perburuhan (hubungan buruh dan majikan, upah buruh)
47. Jual beli gharar, bai’ najasy, bai’ al-‘inah, Bai wafa, mu’athah, fudhuli, dll.
48. Ihtikar dan monopoli
49. Pasar modal Islami dan Reksadana
50. Asuransi Islam, Bank Islam, Pegadaian, MLM, dan lain-lain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar